Sebelum adanya konsep FBE, mungkin kita sudah sering mendengar istilah dari ‘fitrah’ atau hakikat dari manusia itu sendiri. Berbagai filsuf ataupun tokoh telah banyak yang membahas mengenai 'human nature'.
Namun, ada yang 'missed' ketika human nature tersebut tidak disandarkan kepada penciptanya. Sehingga 'human nature' yang dipahami sebagai manusia yang kosong dan harus diisi tanpa mengaitkannya dengan Pencipta manusia itu sendiri. "What's the meaning of our creation?"
Padahal, jika kita memaknai fitrah dalam Al Qur'an. Pemaknaan dari fitrah itu sendiri menyadarkan kita bahwa sebagai manusia sejatinya kita memiliki ‘default setting’ yg telah Allah tentukan sebagai Pencipta Manusia yang membawa kita kepada 'meaning of life'. Hadirnya FBE oleh Ust. Harry Santosa mengizinkan kita untuk lebih memaknai hakikat dari fitrah itu melalui berbagai referensi dan berbagai ilmu kontemporer. Sehingga FBE hadir sebagai kerangka pendidikan yang menyeluruh.
Mulai dari diturunkannya fitrah manusia menjadi 8 aspek yang memiliki penjabaran dan pemaknaannya masing-masing. Serta penerapannya pada tahapan usia yang terefleksi dari Sirah Nabawiyah mulai dari pra latih hingga aqil baligh. Biidznillah, konsep FBE menjadi pemersatu dari berbagai konsep pendidikan yang ada dan saling terhubung. Sehingga ketika mengupas FBE, akan ada keterkaitan dengan konsep pendidikan lainnya.
Sehingga tidak tepat jika melihat FBE sebagai suatu konsep pendidikan saja, namun hakikatnya ialah dasar dari konsep pendidikan bagi manusia. Melalui pendekatan fitrah (Islamic Concept of Human Nature) yang dapat memenuhi pemahaman mengenai "Bagaimana seharusnya peran orangtua dalam mendidik anak".
Karena sejatinya peran orangtua adalah: Membersamai Fitrah Anak sesuai dengan penciptaanNya.
