
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, rasa syukur memenuhi hati keluarga pejuang fitrah. Setelah menempuh perjalanan pembelajaran selama 10 bulan penuh makna, akhirnya tibalah momen yang dinantikan yaitu Wisuda KAMIL 2025, yang diselenggarakan oleh Namil Edufitrah.
Acara ini bukan sekadar seremoni, tapi sebuah perayaan perjalanan panjang keluarga yang berkomitmen mendidik anak-anak sesuai fitrahnya. Para ayah, bunda, dan ananda yang hadir baik secara langsung maupun daring, bersatu dalam suasana penuh cinta, kesadaran, dan haru.
Sejak awal acara, suasana terasa hangat dan khidmat. Moderator mengajak seluruh peserta untuk merenungkan perjalanan mereka, bagaimana doa, perjuangan, dan cinta menjadi bagian tak terpisahkan dari proses mendidik keluarga.
Banyak keluarga datang dari berbagai daerah; ada yang dari Jabodetabek, ada pula yang jauh dari luar pulau. Namun jarak tak pernah menjadi penghalang, karena hati mereka tetap satu dalam semangat fitrah.
Dalam salah satu sesi refleksi, terdengar kalimat yang menembus hati: “Keluarga adalah madrasah utama bagi anak-anak. Di sanalah pendidikan sejati bermula.” Pesan ini mengingatkan kita bahwa rumah bukan sekadar tempat bernaung, tapi juga ruang pertama di mana cinta, iman, dan ilmu ditanamkan.
Wisuda KAMIL menjadi penanda berakhirnya 10 bulan proses pembelajaran keluarga bersama Fitrah World Movement. Dalam perjalanan ini, keluarga tidak hanya belajar teori, tetapi juga menghidupkan nilai fitrah melalui proyek-proyek nyata di rumah. Sebanyak 24 keluarga berhasil menyelesaikan seluruh misi yang diberikan, menghasilkan 72 proyek keluarga yang menguatkan komunikasi, kerja sama, dan nilai spiritual dalam rumah tangga.
Para bunda berbagi kisah tentang bagaimana program ini menumbuhkan kesabaran dan kebersamaan, sementara para ayah merasakan panggilan baru untuk lebih aktif dalam pendidikan keluarga. “Peran ayah bukan hanya mencari nafkah, tapi juga hadir, mendampingi, dan menjadi teladan dalam iman dan akhlak", ungkap salah satu peserta.
Dalam sesi berbagi, para peserta menekankan kembali bahwa pendidikan anak dimulai dari rumah. Sekolah boleh membantu, tetapi pondasi sejati tetap dibangun oleh ayah dan bunda.
Tak hanya refleksi dan diskusi, acara ini juga diwarnai permainan interaktif antara suami, istri, dan peserta lainnya. Suasana pun menjadi lebih ceria. Beberapa peserta tertawa bersama, saling menyemangati, dan mengenal keluarga lain dari berbagai wilayah.
Ada permainan seru dengan hadiah menarik, bahkan sempat disebut “hadiah kunci mobil”, yang membuat semua peserta terpingkal dan antusias. Momen-momen kecil seperti ini menghadirkan tawa yang menyejukkan di tengah kesibukan menjadi orang tua.
Setelah itu, keluarga dari berbagai daerah mempresentasikan proyek-proyek keluarga mereka. Ada yang bercerita tentang proyek umrah, pengenalan sejarah Islam kepada anak-anak, hingga projek cinta lingkungan dan pengenalan Allah melalui ciptaan-Nya.
Beberapa keluarga menampilkan proyek yang berfokus pada mengenalkan Allah dan asma-Nya kepada anak-anak. Melalui cerita, permainan, dan kegiatan alam, ananda belajar tentang kebesaran ciptaan Allah dengan cara yang menyenangkan.
Salah satu keluarga menuturkan bagaimana mereka membuat fotobook pengalaman umrah agar anak-anak dapat bercerita kembali tentang perjalanan spiritual itu. Ada pula keluarga yang mengajarkan anak tentang musim, laut, dan gurun dengan pendekatan bermain dan sensorik.
Pendekatan ini sederhana, tapi bermakna. Anak-anak belajar mencintai Allah lewat ciptaan-Nya, melalui angin yang berhembus, hujan yang menetes, dan hewan-hewan kecil yang mereka temui.
Puncak acara adalah penyerahan jurnal keluarga KAMIL kepada para peserta yang telah menyelesaikan seluruh tahap pembelajaran. Satu per satu nama keluarga dipanggil oleh bunda Jihan, disambut tepuk tangan meriah dari seluruh peserta.
Wajah-wajah penuh haru terlihat saat jurnal diterima, simbol perjalanan panjang yang telah mereka lalui bersama. Setelah prosesi, seluruh peserta berfoto bersama. Suasana penuh kehangatan dan kebersamaan menyelimuti ruangan, diakhiri dengan doa penutup dan santap siang bersama sebelum salat zuhur berjamaah.
Melalui program ini, Namil berharap semakin banyak keluarga yang menyadari pentingnya pendidikan berbasis fitrah di rumah. Misi lima tahun ke depan, Namil akan terus mengajak ayah untuk lebih aktif dalam pengasuhan, mendampingi peran ibu agar terwujud keluarga yang utuh dan seimbang.
Semoga dari keluarga-keluarga inilah akan lahir generasi yang mengenal Allah, mencintai kebaikan, dan membawa cahaya untuk peradaban.
✨
Perjalanan menjaga dan menumbuhkan fitrah tak berhenti di sini. Yuk, lengkapi langkahmu dengan buku Paket Edukasi MMF yang bisa kamu dapatkan disini.




