Bagi setiap individu, bertambahnya peran menjadi orang tua adalah satu moment yang luar biasa. Saat tangis si kecil pecah ketika lahir kedunia, saat itulah hanya ada doa dan harapan baik untuknya. Tak ada orang tua yang berniat mendidik anak dengan pendidikan yang buruk. Semua orang tua selalu mengawali kelahiran anak dengan harapan dapat mendidik dengan cara yang terbaik.
Buku-buku parenting dibaca, seminar didatangi, kelas-kelas online diikuti, metode pendidikan kekinian berusaha dipraktekan dan seterusnya. Masya Allah, begitulah salah satu sayangnya orang tua kepada anak: selalu menginginkan yang terbaik. Apalagi dimasa informasi begitu mudah diakses. Inilah kesempatan untuk belajar parenting lebih banyak.
Tapi.....Mengapa ya seiring banyaknya kelas diikuti, kita semakin menjadi bingung?
Mengapa semakin banyak informasi tentang parenting dibaca, kita semakin merasa bersalah ketika realita tak sesuai apa yang dipelajari?
Mengapa ya sosial media yang sebetulnya bisa menjadi salah satu inspirasi mendidik anak, justru membuat hati kita galau, sedih, merasa tak berdaya? Sebab begitu seringnya kita terpukau pada pencapaian orang tua dan anak lain...
Ternyata, bukan ilmu (parenting)nya yang salah. Ilmu tetaplah cahaya yang menerangi kehidupan kita. Dengan Ilmu, Allah sudah menjanjikan akan memudahkan urusan dunia dan akhirat kita. Dengan bekal ilmu, kita akan lebih tergambar bagaimana dan apa yang akan kita lewati sebagai orang tua.
Ternyata, yang keliru adalah jiwa kita. Dimana wajar terjadi kegalauan, kesedihan, rasa bersalah yang berlebihan, rasa marah, rasa gersang dihati, ketidaktenangan dalam mendidik anak disebabkan jiwa kita yang perlu dibersihkan. Disinilah Fitrah sebagai landasan pendidikan perlu hadir dimana kita sebagai orang tua perlu hadir menjadi orang tua sejati dalam membersamai fitrah anak sesuai dengan maksud penciptaannya..
Mengapa perlu pendidikan berbasis fitrah?